100MW PLTS hanya baru rencana saja
Dalam waktu dekat pemerintah berencana membangun pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS ) skala besar dengan kapasitas mencapai 100 Megawatt
(MW). Guna merealisasikan hal tersebut, pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE)
menggandeng perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp Coporation.
Direktur
Jenderal EBTKE, Kardaya Warnika mengatakan, setelah penekenan nota
kesepahaman antara Ditjen EBTKE dengan Sharp akan dilanjutkan ke tahap
uji kelayakan (feasibility study).
“Setelah ini, mulai besok, tim engineering
mereka sudah mulai terjun ke lokasi, yang menjadi sasaran utama
lokasinya adalah Bali,” kata Kardaya pada hari Jumat, 02 Maret 2012 di
Jakarta.
Feasibility study dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar intensitas dan durasi sinar matahari di pulau dewata. Dan
sebagai tahap awal, Sharp akan mengembangkan dulu PLTS dengan kapasitas
kecil, satu sampai dua megawatt.
”Alasan dipilih Bali karena untuk
proyek ini, memang sasarannya bagaimana daerah wisata bisa disuplai
listrik dari energi baru terbarukan," lanjut Kardaya.
Investasi
yang dibutuhkan untuk kapasitas per 1 megawatt diperkirakan USD 2,5 -
USD 3 juta, sementara lahan yang dibutuhkan adalah dua hektar. Kardaya
juga mendesak perusahaan asal negeri Sakura itu memiliki pabrikan
komponen pendukung PLTS di Indonesia.
Sementara itu untuk harga
jual listrik ke PLN, Kardaya menjelaskan masih belum diputuskan
mekanismenya apakah akan seperti di Thailand dengan harga awal yang
tinggi mencapai US$20 sen per kwh yang kemudian lama-lama turun ataupun
harganya flat.
Kedepannya pemerintah akan meminimalkan
pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar minyak sekaligus
mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar energi terbarukan di
daerah yang kebutuhan listriknya besar tetapi sumber dayanya kecil.