Definisi dan Fungsi Kalium
KALIUM atau potassium
sangat penting bagi sistem saraf dan kontraksi otot. Kalium juga
dimanfaatkan oleh sistem saraf otonom (SSO), yang merupakan pengendali
detak jantung, fungsi otak, dan proses fisiologi penting lainnya.
Kalium ditemukan di hampir seluruh tubuh
dalam bentuk elektrolit dan banyak terdapat pada saluran pencernaan.
Sebagian besar kalium tersebut berada di dalam sel, sebagian lagi
terdapat di luar sel. Mineral ini akan berpindah secara teratur dari dan
keluar sel, tergantung kebutuhan tubuh.
Di dalam tubuh, kalium biasanya bekerja
sama dengan sodium atau natrium (Na) dalam mengatur keseimbangan muatan
elektrolit cairan tubuh. Keseimbangan ini dijaga dengan menyesuaikan
jumlah asupan kalium dari makanan dan jumlah kalium yang dibuang.
Sumber Kalium
Cukup mudah memperoleh kalium dari
makanan sehari-hari. Kalium banyak ditemukan pada jeruk, pisang,
kentang, alpukat, bayam, tomat, daging, susu, dan kacang-kacangan. Namun
3 jenis makanan yg kandungan kaliumnya tertinggi adalah mollases,
seaweed dan kurma (dates). Sedangkan air kelapa ternyata lebih banyak
mengandung kalium daripada natrium. Utk membuat balans kalium dgn
natrium, kita dapat membubuhkan sejimpit garam ke dalam air kelapa yg
kita minum (isi air kelapa dalam sebutir kelapa muda sktr 400 cc atau 2
gelas belimbing yg mengandung sktr. 400 mg kalium).
Dalam keadaan normal, organ ginjal
berperan menyesuaikan antara asupan dan jumlah kalium yang dibuang
tubuh. Sebagian besar kalium dibuang melalui urin, walaupun ada juga
yang keluar bersama tinja.
Penggunaan Pencahar
Kadar kalium dalam darah orang normal
3,5-5 mEq/liter. Bila kurang dari itu dibilang kekurangan kalium atau
dikenal dengan istilah hipokalemia. Olahragawan membutuhkan asupan
kalium lebih banyak karena banyak mengeluarkan keringat. Pengguna obat
pencahar juga butuh asupan kalium lebih untuk menggantikan kalium yang
hilang lewat kotoran. Begitu pula pemakai obat diuretik spt HCT atau
furosemid yg menimbulkan kehilangan kalium bersama peningkatan jumlah
air seni.
Sebaliknya, orang yang mempunyai
penyakit diabetes dan gagal ginjal disarankan tidak mengasup kalium
terlalu banyak. Ini karena tubuh mereka tidak dapat lagi secara normal
memetabolisme mineral ini. Ginjal yang normal dapat menahan kalium
dengan baik. Jika konsentrasi kalium darah terlalu rendah, biasanya
karena ginjal tidak berfungsi normal atau terlalu banyak kalium yang
hilang melalui saluran pencernaan akibat diare, muntah, penggunaan obat
pencahar dalam waktu lama, atau polip di usus besar. Pada gagal ginjal
bisa terjadi kenaikan kadar kalium jika tubulus tidak mampu membuang
kelebihannya ke dalam air seni.
Obat-obatan seperti insulin dan obat
asma jenis albuterol, terbutalin, dan teofilin bisa meningkatkan
perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia. Namun,
pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya
hipokalemia.
Mudah lelah
Hipokalemia ringan biasanya tidak
menyebabkan gejala sama sekali. Kondisi yang lebih berat dapat
mengakibatkan kelemahan fungsi otot dan tubuh mudah lelah. Kelemahan
otot biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi kadang juga
mengenai otot mata, otot pernapasan, dan otot untuk menelan. Kedua
keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Kondisi lemah otot ini
dialami mereka yang sering kram di kaki jika terlalu banyak
beraktivitas. Bahkan seorang pasien pernah sampai lumpuh krn kekurangan
kalium.
Beberapa penelitian menyebutkan, orang
yang kekurangan kalium lebih berisiko terkena penyakit hipertensi, yang
merupakan faktor pemicu penyakit jantung dan stroke. Kurang asupan
kalium mudah digantikan dengan mengonsumsi makanan sumber kalium atau
garam kalium (kalium klorida) dengan cara ditelan (oral). Pengobatan
oral ini lebih mudah, tetapi karena kalium dapat mengiritasi saluran
pencernaan, hanya diberikan dalam dosis kecil. Pemberian 40-60 mEq dapat
menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan 135-160 mEq dapat
menaikkan kalium 2,5-3,5 mEq/L.
Pada hipokalemia berat, kalium bisa
diberikan secara intravena. Hal ini harus dilakukan dengan sangat
hati-hati dan hanya di rumah sakit, untuk menghindari kenaikan kadar
kalium yang terlalu tinggi. Konsentrasi kalium dalam darah orang dengan
hipokalemia berat ini mesti diperiksa ulang secara periodik. Bila
kondisi membaik, jenis pengobatan dapat diubah.